Kubungkam mulutku dengan segala cara yang
ada, tak ada yang bisa kubantah akan hal ini. Ibu menatapku tajam,kilauan
bening mengucur dari pelupuk matanya. Saat itu aku sadar, tak ada artinya aku
membunuh Richard, adik laki-lakiku. Perlakuan ibuku kepadanya tak lebih hanya
untuk membacakan dongeng kepadanya. Tapi kenapa aku seegois itu? Bodoh!
Hakim mengetuk palu, sudah ditentukan masa
tahananku di hotel Prodeo. 5 tahun.. tidak lama juga, setidaknya saat aku bebas
nanti aku akan melihat siapa yang terpilih menjadi Presiden. Aku ingin
merasakan dinginnya lantai penjara itu. Sungguh.
Ini sudah terjadi, nasi sudah menjadi
bubur. Seandainya bisa kuulang waktu, bisakah aku menghilangkan hasrat untuk
membunuhnya? Bisakah aku melettakan Pisau Dapur dan menemani Richard tidur?
Kenangan ini akan selalu membekas, memadat menjadi gumpalan awan tebal yang
menyakitkan.
Anin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar